This Love has Come Too Late (2)

07.30


Namanya Arif. Baik, cerdas, ramah, dan kaya. Iya kaya. Darimana aku tahu? Pffft rahasia. Bisa dibilang hampir sebagian besar kriteria lelaki idaman ada padanya. Selain penyabar. Beberapa kali aku memergoki Arif memarahi teman-temannya hanya karena persoalan dalam game. Dude, really? Aku tahu, Dota itu kejam bung. Tapi bukan berarti lantas semua yang ada di dalam game mempengaruhi aspek kehidupan nyatamu bukan? Awalnya aku menganggap kecemasanku berlebihan. Sampai akhirnya aku mencari tahu dan mendapatkan sesuatu yang agak membuatku tidak enak. Arif dijauhi oleh teman-temannya karena sifatnya itu. Bukan masalah besar sebenarnya, karena yang aku tahu Arif tidak ambil pusing mengenai perkara ini. Satu hal yang lebih membuatku khawatir, adalah semakin lama ia semakin menempel padaku. Bukan secara denotasi tentunya, tidak lucu bukan jika 2 orang saling melekat satu sama lain padahal tidak terlahir secara kembar siam?

Arif mulai meninggalkan teman-temannya, hanya untuk masuk ke dalam partyku. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, teman-temanku pun tidak menyukai Arif. Alhasil aku tak mendapat kesempatan untuk bermain bersama temanku jika ada Arif, bergitu pula sebaliknya. Dilema? Tidak. Aku lebih memilih teman-temanku. Mungkin hal ini juga yang menjadi penyebab sikap Arif berubah. Dia menjauhiku. Oh, tentang Sora. Aku beberapa kali bermain dengannya. Dan dengan Jose juga. Aku menceritakan pada Sora bahwa aku telah mengetahuinya lebih dulu sebelum melihatnya bermain di hari itu. Dan, coba tebak? He recognized me. Dia bahkan sempat bingung dan mengatakan dia mengenalku dari Jose, padahal tidak. Sebab ia baru menambahkan akunku setelah bermain bersama Arif, ya dan tidak ketinggalan Sari, pacarnya. Namun, hal itu tidak mengubah fakta bahwa pertama kali dia mengetahui diriku adalah dari Jose.

One day, Sora menanyakan kabar Arif padaku. Mungkin karena ia tahu dulu kami dekat, namun tiba-tiba kedekatan itu pudar. Aku pun tidak tahu harus bersikap bagaimana, karena yang aku tahu adalah posisiku serba salah. Dan akan lebih serba salah lagi di part-part selanjutnya (lol). Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Arif is online. Sora bilang, hal ini harus diselesaikan secepatnya. Sepertinya aku dan Arif butuh waktu berdua, pffft nope, pikirku. Namun yang terjadi adalah Sora meninggalkan aku berdua dengan Arif. Dan, ya... 1 kata. Canggung. Aku justru takut, dengan aku melakukan ini, justru akan semakin membuat Arif menyalah artikan kebaikanku. Dan aku tidak mau, sangat tidak mau, hal itu terjadi. Akhirnya aku hanya menemaninya ngobrol selama beberapa lama. Namun ada perasaan aneh, perasaan janggal, yang sangat tidak nyaman. Entahlah, mungkin aku merasa sedikit risih.

Beberapa minggu berjalan seperti biasa, normal. Arif yang masih sering mengajakku bermain, terkadang mengajak Sora dan Jose juga. Namun, makin kesini aku melihat Arif menjadi semakin aneh. Lebih sering badmood, tertawa tidak jelas, lalu tiba-tiba kesal sendiri dan diam saja jika diajak mengobrol. Pernah suatu hari kami bermain dan Arif marah sampai hampir semua anggota kebun binatang dia absen satu persatu. Aku tidak suka. Sebenarnya bukan benci, aku hanya risih. Risih jika Arif masih membiasakan dirinya dan tidak mau berubah. Namun, siapa aku? Aku hanya temannya dan tidak berencana untuk menjadi lebih dari seorang teman. Mungkin keadaan bisa membaik, toh ini hanya opiniku. Hubungan Arif dengan teman-temannya masih baik. 

Awalnya ku pikir begitu, sampai pada akhirnya Arif menekan tombol remove friend di halaman akun milik Rizal.

You Might Also Like

0 komentar