This Love has Come Too Late (1)

23.58


Namaku Sarah. Player Dota 2 dengan mmr 2k. Singkat cerita aku punya seorang teman yang sering bermain bersamaku, namanya Jose. Bukan, cerita ini bukan berfokus pada Jose dan aku. Beberapa bulan yang lalu, aku bergabung dengan sebuah grup di LINE yang anggotanya berisikan Dota 2 geek. Salah satunya, Rizal. Suatu hari, Rizal mengundangku untuk bermain bersama. Dari sinilah, asal mula ceritaku dengan tuan X dimulai. Tidak juga sebenarnya, namun garis takdir baru kulihat beberapa hari kemudian. Saat itu, Rizal mengundang temannya juga yang bernama Arif. Arif adalah tipikal pemuda Jakarta dengan logat batak yang kental, andai saja ia tak ramah padaku, mungkin aku sudah merasa ngeri hanya dengan mendengar logatnya saat berbicara. Tak lama kemudian, Arif meminta kontak LINE ku, tentu ku sambut dengan hangat hitung-hitung menambah kenalan. Kami sering ngobrol melalui chat, voice note, dan LINE call. Aku menganggapnya seorang teman, tidak lebih. tidak pula kurang. Tapi yang pasti, tanpa aku sadari dia menganggapku lebih dari itu. Ya, dan ini buruk. 

Suatu ketika, Arif mengundangku untuk bermain. Aku melihat salah satu nickname player yang bagiku tak asing, Sora. Seingatku aku pernah melihat nama itu berkali-kali bermain dengan Jose. Namun, nama itu bukan hanya 1 di dunia perDotaan bukan? Ada seorang pemain lagi dalam party, namanya Sari. Aku hanya memperhatikan namanya saja. Setelah itu aku memutuskan mengambil posisi coach karena tidak enak badan. Saat ku perhatikan di dalam game, aku mengetahui dengan jelas bahwa ada kedekatan yang tidak biasa antara Sari dan Sora. Ya bisa ditebak, mereka berpacaran. Setelah game selesai, aku bergegas keluar dari Dota 2 karena tidak terasa sudah larut malam. Sebelumnya, aku mengecek notifikasi dan mendapati terdapat sebuah friend request. Bukan dari Sari, melainkan Sora. Tentu aku langsung menyetujuinya, kenapa harus menolak seseorang yang ingin berteman? Saat aku membuka friend list Sora, ada 1 nama yang membuat mataku hampir melompat keluar. Jose. Seketika aku berpikir. What a fate... 

You Might Also Like

0 komentar