Tentang Rasa

05.11

Ini bukan tentang bagaimana aku yang merindukan momen-momen singkat saat bersamamu.
Ini juga bukan tentang bagaimana risaunya kamu yang mencariku kala aku menghilang tanpa kabar.
Ini tentang rasa. Rasa yang datang tanpa permisi dan memaksa masuk ke pintu hati yang masih tertutup rapat karena ketakutan akan masa lalu.
Rasa yang masih setia mengiringi hariku yang bergulir tanpa sosokmu di sampingku.
Sebenarnya, aku tidak pernah bisa merajuk darimu.
Seperti katamu, gengsi mungkin yang mendorongku untuk mengabaikan pesan-pesan darimu.
Entahlah, aku pun tak tahu.
Oh iya, aku punya sebuah rahasia besar. Namun sudah saatnya aku ungkapkan, hanya kepadamu tentunya.

Kau tahu, aku selalu lemah dalam persoalan kepercayaan. Mudah ditipu bahkan, bisa dibilang begitu. Sejatinya, aku tidak akan pergi. Jika aku ingin, sudah ku lakukan sejak dulu. Namun aku tetap tak beranjak dan menunggumu di sini, sekarang, nanti, selamanya.


Bukan tentang apa-apa yang kamu punya, melainkan apa-apa yang kamu usahakan.
Bukan tentang bibirmu yang indah, melainkan senyumanmu yang manis.

Terakhir, sesuatu yang mengendap di palung hati yang paling dalam, rasa.
Ia tidak menghampiri tanpa membawa sebuah makna.
Arti dari hadirnya, kita sendiri yang dapat mengerti.
Dan jika dadamu sesak karenanya, jangan sampai kamu tetap berdiam diri.

Pada kenyataannya kamu bisa mengatakan "sayang" sesering yang kamu inginkan. Namun buatku, tentu berbeda. Iya, aku sangat kaku. Terima kasih, seharusnya aku mengatakannya lebih sering.

You Might Also Like

0 komentar